Friday, September 24, 2010

Reformasi sepak bola Ala Arifin Panigoro

Sepak bola Indonesia siap memasuki era baru.Adalah pemilik grup Medco, Arifin Panigoro, yang berani mencetuskan ide lahirnya sebuah liga sepak bola independen bernama Liga Primer Indonesia.

Jumat (17/9), bertempat di kediaman Arifin Panigoro di Jl. Jenggala, Jakarta Selatan, telah dicapai kesepakatan di antara 15 klub untuk menggelar Liga Primer Indonesia dalam waktu dekat. Seluruh klub yang sudah sepakat untuk menggelar kompetisi ini adalah yang kelak mengelola PT Liga Primer Indonesia.



Jumlah perwakilan klub yang datang ke Jenggala sebenarnya mencapai 19 klub. Namun akhirnya hanya 15 saja yang mau menandatangani kesepakatan sama-sama menggelar LPI. Sementara empat klub (Persis, Persib, Persita, dan Sriwijaya FC) tak bisa datang dengan alasan yang berbeda.

"Persis meski tidak ikut hadir tapi sudah sepakat bergabung dalam LPI. Hal ini dikonfirmasi langsung via telepon," ucap juru bicara LPI, Abi Hasantoso.

Konsep Liga Primer Indonesia (LPI) memang berbeda dengan kompetisi yang sudah ada saat ini, Indonesia Super League. Di ISL, melalui BLI, PSSI menguasai 95% saham dan 5% lainnya dipegang Yayasan "When I'm 64". Sementara di LPI seluruh klub memiliki 100% saham.

Selain itu, klub-klub peserta LPI dipastikan akan mendapat 100% pendapatan dari hak siar televisi. Sesuatu yang selama berjalannya Liga Indonesia hingga ISL hanya menjadi angan-angan saja bagi klub-klub di Indonesia.

Tambahan pendapatan lain bagi klub peserta LPI adalah pemasukan dari sponsor utama. Seluruh pendapatan dari sponsor utama akan dimiliki klub-klub peserta LPI.

Masih belum cukup. Konsorsium yang digalang Arifin Panigoro bakal menyediakan dana hingga lebih dari 20 miliar rupiah bagi setiap klub sebagai modal awal. Dana tersebut nantinya harus digulirkan sebagai sebuah investasi untuk kelak bisa mendapatkan profit.

"Konsorsium akan menginjeksi modal sehingga klub bisa memutar roda finansial untuk mendapatkan profit sebagai sebuah institusi bisnis. Dalam perhitungan kami, setelah empat atau lima tahun semua klub tidak butuh suntikan dana karena sudah mampu meraih profit," jelas Arya Abhiseka, salah satu tim perumus LPI.

Untung mengawasi perputaran ekomomi klub,tak tanggung-tanggung-tanggung lembaga akuntan publik sekelas Delloite digandeng untuk menjaga akuntabilitas perputaran dana yang dilakukan klub-klub peserta LPI.

Dengan sistem yang disodorkan LPI, klub-klub Indonesia bisa mencapai tahap profesional yang sesungguhnya. Tidak lagi menengadahkan tangan berharap bantuan dana APBD untuk mnghidupi klub. Kalau memang untuk perbaikan sepak bola Indonesia, kenapa tidak?